Selasa, 12 November 2013

ijtihad sebagai sumber ajaran islam






IJTIHAD SEBAGAI SUMBER AJARAN ISLAM
                                                           D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
KELOMPOK
Hardian
NANANG RAHMATIKA
PURWATI
ARIF EFENDI
LOLA NIRLALA


PERGURUAN TINGGI AMBA
KAB.ACEH TAMIANG

TAHUN AJARAN 2013-2014


BAB 1
PENDAHULUAN
jtihad merupakan sumber hukum yang ketiga setelah Al – Qur’an dan As-Sunah. Berijtihad itu sangat berguna sekali untuk mendapatkan hukum syara’ yang dalilnya tidak terdapat dalam Al – Qur’an maupun hadits dengan tegas.

Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak luput dari kesalahan dan kehilafan, oleh karena itu dirurunkannya Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai penerang bagi semua umat manusia khususnya umat Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A.PENGERTIAN IJTIHAD
Dalam kebahasaan kata ijtihad berasal dari bahasa arab yang katanya”jahada,yang akhirnya berusaha dengan sungguh-sungguh untung menyelidiki dan mengeluarkan (meng-istihat-kan)hukum-hukum yang terkandung di dalam al-qur’an dan hadis dengan syarat-syrat tertentu.
B. Syarat – syarat Mujtahid

Seorang mujtahid harus memenuhi beberapa persyaratan.yusuf al-qardawi(ahli usul dan fikih)menjelaskan bahwa persyaratan pokok untuk menjadi mujtahid adalah:
(1)memahami al-qur’an dan asbabun nujul-nya(sebab-sebabnya turunnya ayat-ayat al-qur’an ).serta ayat nasikh (yang menghapus hukum)dan mansukh(yang dihapus).
(2)memahami hadis-hadis nasikh dan mansukh.
(3)mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang bahasa arab.
(4)mengetahui tempat-tempat– tempat ijmak.
(5)mengetahui usul fikih.
(6)mengetahui maksud – maksud syariat.
(7)memahami masyarakat dan adat istiadatnya,dan
(8)bersifat adil dan taqwa.

C.KEDUDUKAN
            Ijtihat mempati kedudukan sebagai sumber hukum islam setelah al-qur’an dan hadis. allah swt berfirman:
ô`ÏBur ß]øym |Mô_tyz ÉeAuqsù y7ygô_ur tôÜx© ÏÉfó¡yJø9$# ÏQ#tysø9$# 4 ß]øŠymur $tB óOçFZä. (#q9uqsù öNà6ydqã_ãr ¼çntôÜx© žxy¥Ï9 tbqä3tƒ Ĩ$¨Y=Ï9 öNä3øn=tæ îp¤fãm žwÎ) šúïÏ%©!$# (#qßJn=sß öNåk÷]ÏB Ÿxsù öNèdöqt±øƒrB ÎTöqt±÷z$#ur §NÏ?T{ur ÓÉLyJ÷èÏR ö/ä3øn=tæ öNä3¯=yès9ur tbrßtGöhs? ÇÊÎÉÈ  
150. dan dari mana saja kamu (keluar), Maka Palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu (sekalian) berada, Maka Palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim diantara mereka. Maka janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku (saja). dan agar Ku-sempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk.
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa turunnya ayat ini (S. 2: 150) sehubungan dengan peristiwa berikut: Ketika Nabi SAW memindahkan arah qiblat dari Baitul Maqdis ke Ka'bah, kaum Musyrikin Mekkah berkata: "Muhammad dibingungkan oleh agamanya. Ia memindahkan arah qiblatnya ke arah qiblat kita. Ia mengetahui bahwa jalan kita lebih benar daripada jalannya. Dan ia sudah hamir masuk agama kita."
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari as-Suddi melalui sanad-sanadnya.)


hadis yang dijadikan dalil berijtihad ialah hadis riwayat turmuzi dan abu daud tntang dialog antara rasullah saw dengan sahabatnya mu’az bin jamal, yang telah disebutkan di muka.
Hadisnya yang lain yang juga dapat dijadikan dalil tentang kebolehan berijtihad adalah sabda rasullulah saw yang artinya:”apabila seorang hakim di dalam menjatuhkan hukum berijtihat, lalu ijtihadnya itu benar,maka ia mendapatkan dua pahala,apabila ijtihadnya itu salah,maka ia memproleh satu pahala.”(H.R.BUKHARI dan MUSLIM).

D.FUNGSI
Untuk menerapkan hukum sesuatu yang tidak ditemukan dalil hukumnya secara pasti didalam al-qur’an dan hadis. Sahabat Rasulullah yang sering menjadi mujtahid antara lain : Abu Bakar As-syidiq, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Ibnu Mas’ud dan Mu’az bin Jabal. Mereka melakukan ijtihad apabila menemukan permasalahan yang tidak ada nashnya di dalam Al-Qur’an dan Hadis
Ditinjau dari segi sejarah ijtihad,ijtihad telah dilakukan dari semenjak rasullulah saw masih hidup dan terus berkelanjutan setelah beliau wafat.

E.BENTUK-BENTUK IJTIHAD
Bentuk-bentuk ijtihad terbagi 5 yaitu:
                                                         -IJMA
                                                         -QIYAS
                                                         -ISTIHAB
                                                         -MASHLAHAH MURSALAH
                                                         -‘URF



IJMA             
            Kebulatan pendapat semua ahli ijtihad pada suatu masa atas suatu masalah yang berkaitan dengan syariat.misalnya sewaktu pengangkatan malifas setelah nabi wafat.
QIYAS
            Menetapkan hukum atas suatu perbuatan yang belum ada ketentuannya berdasarkan sesuatu yang sudah ada ketentuan hukumnya dengan memperhatikan kesamaan antara kadua hal itu.misalnya,menetapkan hukum haram atas ganja,narkoba,heroin,dll.
ISTIHAB       Melanjutkan berlakunya hukum yang telah ada dan yang telah di tetapkan karna adanya suatu dalil,sampai ada dalil lain yang mengubah keduduukan hukum tersebut.misalnya,apa yang di yakini telah ditetapkan karna adanya keragu-raguan,
MASHLAHAH MURSALAH
 Kemashalatan atau kebaikan yang tidak disinggung-singgung syarat untuk mengrjakan atau meninggalkan sedangkan apabila dilakukan akan menbawa kemanfaatan terhindar dari keburukan.misalnya,mensyaratkan adanya surAt kawin untuk sahnya gugatan dalam soal perkawinan,nafkah,waris,dll.  
‘URF
            Kebiasaan yang di lakukan oleh seorang atau seklompok oleh orang baik dalam kata-kata atau perbuatan.misalnya,kebiasaan jual eli dengan serah terima tanpa menggunakan kata-kata.
F.Macam-macam Ijtihad

Secara garis besar ijtihad dibagi kedalam dua bagian, yaitu ijtihad Fardhi dan Jami’i.
a. Ijtihad fardhi adalah : ”Setiap ijtihad yang dilakukan oleh perseorangan atau beberapa   orang, namun tidak ada keterangan bahwa semua mujtahid lain menyetujuinya dalam suatu perkara ( Tasyri’ Islami: 115)
Ijtihad yang semacam inilah yang pernah dibenarkan oleh Rasul kepada Mu’adz ketika Rasul mengutus beliau untuk menjadi qodhi di Yaman.

b. Ijtihad Jami’i adalah : ”Semua ijtihad dalam suatu perkara yang disepakati oleh semua mujtahidin.” ( Ushulu Tasyri’ :116 )
Ijtihad semacam ini yang dimaksud oleh hadits Ali bin Abi Thalib pada waktu beliau menanyakan kepada Rasul tentang suatu urusan yang menimpa masyarakat yang tidak diketemukan hukumnya dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Ketika itu Nabi bersabda : ”Kumpulkanlah orang-orang yang berilmu dari orang-orang mukmin untuk memecahkan masalah itu dan jadikanlah hal itu masalah yang dimusyawarahkan diantara kamu dan janganlah kamu memutuskan hal itu dengan pendapat orang seorang.” ( H.R. Ibnu Abdil Barr )
Disamping itu, Umar bin Khatab juga pernah berkata kepada Syuraikh : ”Dan bermusyawarahlah ( bertukar pikiran ) dengan orang-orang yang saleh.”
BAB III
KESIMPULAN
jtihad merupakan sumber hukum yang ketiga setelah Al – Qur’an dan As-Sunah. Berijtihad itu sangat berguna sekali untuk mendapatkan hukum syara’ yang dalilnya tidak terdapat dalam Al – Qur’an maupun hadits dengan tegas.Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak luput dari kesalahan dan kehilafan, oleh karena itu dirurunkannya Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai penerang bagi semua umat manusia khususnya umat Islam.





BAB III
PENUTUP

Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT dengan kekuasaannya dan dengan petunjuknya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Semoga dengan adanya makalah ini kita semua dapat mengetahui dan memahami IJTIHAD SEBAGAI SUMBER AJARAN sehingga dapat di terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Mungkin penyajian makalah ini jauh dari kesempurnaan untuk itu kami mengharap kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini juga dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.














BAB V
DAFTAR PUSAKA

SYAMSURI,PENDIDIKAN AGAMA ISLAM kels X,hal 62,63,64,65 PT.AKSARA         PRATAMA,PERBIT ERLANGGA,2006
http:/www.google.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar